This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 07 Maret 2015

Cara menghitung kebutuhan material dak lantai beton per m2



Mari kita uraikan cara menghitung kebutuhan material dak lantai beton per m2, struktur yang akan kita hitung ini menggunakan sistem konvensional yaitu menggunakan perancah bambu, bekisting triplek, pasang pembesian lalu cor ditempat. kebutuhan material akan berbeda jika menggunakan sistem half slab, beton ringan dan yang lainya. o.k langsung saja kita mulai membuat analisanya

Analisa kebutuhan material untuk membuat 1m2 dak beton sistem konvensional
  • Besi= diameter 10mm dipasang jarak 20 cm berarti jumlahnya dalam 1m:0,2 m= 5bh, dipasang 2 lapis 2 arah berarti total jumlahnya 2 x 5 x 2 = 20bh, masing-masing panjangnya 1m berarti total kebutuhan besinya adalah 20bhx1m = 20 m. panjang perbatang 12m, jadi perlunya 20/12= 1,6667 btg.
  • Beton= Ketebalan dak 12 cm, dalam 1m2 membutuhkan beton 1mx1mx0,12m=0,12m3.
  • Semen= Perbandingan campuran beton 1pc:2ps:3kr, jadi butuh semen 1/6×0,12=0,02m3. 1 zak semen isi 50 kg berisi 0,024m3, jadi dalam 1m2 dak beton butuh semen 0,02/0,024=0,8333zak.
  • Pasir= 2/6 x 0,12 =0,04m3.
  • Koral = 3/6×0,12 = 0,06 m3.
  • Triplek 8mm= ukuran triplek 1,2m x 2,4m maka luasnya 2,88m2. jadi 1m2 dak beton butuh 0,34722 lembar.
  • Bambu = dipasang setiap jarak 50cm, perlunya 2 batang.
  • Kawat bendrat.
  • Paku
Jadi untuk membuat 1m2 dak beton konvensional dibutuhkan


  • Besi D10 = 1,6667 btg
  • Beton = 0,12 m3
  • Semen 50kg/zak = 0,8333 zak
  • Pasir = 0,04 m3
  • Koral = 0,06 m3
  • Triplek 8mm = 0,34722 lembar
  • Bambu = 2 batang
  • Kawat Bendrat =
  • Paku=
catatan: kebutuhan diatas adalah untuk plat lantai, struktur balok dihitung secara terpisah.

Nah.. kita sudah tahu berapa yang diperlukan untuk membuat satu meter persegi dak beton, itu untuk 1m2, lalu bagaimana jika membuat dak dengan ukuran sekian meter x sekian meter, mudah saja, caranya yaitu dengan mengalikanya dengan jumlah m2 dak beton yang akan dibuat, contohnya ukuran 7 m x 8 m = 56m2. jadi perlu besi D10 = 1,6667 btg x 56m2 = 93,3352 btg, perlu semen 0,8333 zak x 56m2 = 46,7 zak, perlu pasir 0,04m3 x 56m2 = 2,24m3, perlu koral 0,06m2 x 56m2 = 3,36m3, perlu triplek 0,34722 lbr x56m2 = 19,44 lembar, perlu bambu 2btg x 56m2 = 112 btg. begitulah caranya, jika ada koreksi atau masukan kita terima dengan senang hati Description: :-)

Cara menghitung kebutuhan bekisting triplek

Kali ini kita akan menguraikan tentang cara menghitung kebutuhan bekisting triplek, caranya cukup sederhana dan bisa dihitung dalam waktu cepat karena kita hanya perlu mengetahui berapa luasan bidang yang akan dipasang bekisting dan berapa luas satu lembar triplek, jenis material ini banyak digunakan dalam proyek konstruksi bangunan terutama yang masih menggunakan sistem bekisting konvensional, o.k langsung saja kita mulai membuat contoh tutorialnya

Rumus jumlah kebutuhan triplek = luas bekisting : luas triplek

Contoh 1= Kebutuhan bekisting triplek untuk plat lantai
Misalnya kita akan membuat plat beton bertulang ukuran 4m  x 6 m, jadi luas lantai yang akan kita cor adalah 24m2, kita pakai triplek ukuran 1,22 m x 2,44 m berarti luas satu triplek adalah 2,9768 m2. jadi jumlah triplek yang diperlukan 24m2 : 2,9768 m2 = 8,06 lembar. untuk plat lantai bisa menggunakan triplek dengan ketebalan 8mm.
Contoh 2 = Keperluan triplek untuk bekisting balok
Misalnya kita akan membuat balok ukuran 0,25 m x 0,6 m sepanjang 6 m. langkah pertaman kita cari luasan sisi balok yang akan dipasang bekisting yaitu bagian bawah dan dua sisi samping, luasnya yaitu (0,25m x 6m) + (0,6m x 6m) + (o,6m x 6m) = 8,7m2. kitagunakan triplek 1,22mx2,44m dengan luas 2,9768m2 per lembar. jadi triplek yang dibutuhkan yaitu 8,7m2 : 2,9768m2 = 2,9 lembar, untuk membuat balok memakai triplek 8mm.
Contoh 3 = Keperluan triplek pada bekisting kolom
Contohnya kita buat kolom ukuran 0,4mx0,4m setinggi 4m, ada empat sisi kolom yang akan dipasang bekisting triplek, jadi luasnya adalah 4bh x 0,4m x 4m = 6,4 m2. maka kebutuhan tripleknya sebanyak 6,4m2 : 2,9768m2 = 2,1 lembar triplek ukuran 1,22mx 2,44m dengan tebal 12 mm.

Untuk penggunakan bekisting struktur lainya atau dengan variasi bentuk yang lain bisa disesuaikan cara menghitung luasanya, dalam membeli triplek sebaiknya dilebihkan dari perhitungan sebagai cadangan kalau kurang karena adanya faktor salah potong, kehilangan atau yang lainya, harga triplek 8mm, dan 12 mm bervariasi sekitar sekian ratus ribuan, jika ingin mendapatkan harga yang lebih murah bisa mmakai yang bekas atau triplek BS, demikian informasi sederhana ini semoga bermanfaat Description: :-)


Macam Macam perizinan pada proyek pembangunan Gedung



Dalam rangkaian proses pembangunan gedung bertingkat tinggi di indonesia memerlukan beberapa izin kepada pemerintah serta pihak-pihak terkait, proses pengurusan izin tersebut bisa jadi memakan banyak waktu dan biaya namun tentunya hal tersebut untuk kebaikan semua pihak, misalnya ketika kontraktor menggunakan alat berat tower crane sebagai alat angkat selama proses pembangunan berlangsung, kontraktor diharuskan mengurus izin TC ke departemen tenaga kerja, dengan begitu maka Depnaker bisa memastikan apakah alat tersebut aman serta layak digunakan. itu baru satu contoh saja, selain itu terdapat macam-macam perizinan pada proyek pembangunan Gedung yang perlu di urus dengan beres, berikut ini jenis-jenisnya Description: :-)

Perizinan pada Proyek Gedung
  1. Pengukuran dari Pemerintah Daerah.
  2. Block Plan.
  3. Izin Pelaksanaan (IP) Pondasi.
  4. Izin Pelaksanaan (IP) Struktur.
  5. Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
  6. Surat izin bekerja perencana (SIBP) Konsultan Perencana ( Struktur, Arsitektur, Mekanikal Elektrikal).
  7. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pengurusanya diperlukan data izin Peil Banjir dan AMDAL.
  8. Izin Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) meliputi izin Lift, Tower Crane, Gondola, Genset, Penangkal Petir.
  9. Izin ke Dinas Pemadam Ke bakaran.
  10. Izin ke Badan pengelolaan lingungan hidup daerah (BPLHD) untuk Izin limbah.
  11. Izin Deep Well, ini pada saat pekerjaan dewatering untuk menurunkan muka air tanah agar pekerjaan pondasi dapat berjalan lancar.
  12. Surat izin bekerja perencana (SIBP) Manajemen Konstruksi atau konsultan pengawas.
  13. Sertifikat Layak Fungsi (SLF) ini didapat jika telah selesai izin Depnaker, Pemadam Kebakaran, dan BPLHD.
  14. Izin penyambungan instalasi Gedung (Telkom untuk sarana informasi, PLN untuk listrik, dan PDAM untuk air).
  15. Izin pemindahan atau penghilangan benda yang menghalangi pembangunan contohnya Pohon, Tiang Telepon, Tiang Listrik, Gardu PLN, Panel, dll.)

Beberapa jenis perizinan lain bisa jadi diperlukan saat pelaksanaan, misalnya izin ke Satpol PP karena menggunakan fasilitas umum untuk kegiatan proyek, izin ke Kelurahan di mana proyek berlangsung, Izin ke Kepolisian untuk pengamanan dan kelancaran proses pelaksanaan pembangunan. Semua dokumen perizinan tersebut harus lengkap saat serah terima Gedung dari kontraktor kepada owner sebagai pemilik gedung. Pengurusanya bisa melalui biro konsultan perizinan atau diurus sendiri

Peraturan K3 kesehatan dan keselamatan kerja pekerja Proyek



Bekerja di proyek sebagai tukang bangunan itu harus pintar-pintar menjaga diri agar selalu sehat dan selamat tanpa kurang suatu apapun, ingat selalu bahwa keluarga kita menunggu di rumah, mereka tidak akan mau diberikan uang setumpuk tapi hanya jenazah kita yang pulang ke rumah karena meninggal dunia akibat kecelakaan kerja di proyek. Taatilah selalu rambu-rambu dan peraturan K3 kesehatan dan keselamatan kerja pekerja proyek, dengan begitu diharapkan kita bisa nyaman dalam bekerja serta selamat dari resiko kecelakaan. Nah.. berikut ini contoh peraturanya Description: :-)

Peraturan K3 kesehatan dan keselamatan kerja pekerja Proyek
  1. Memakai helm safety lengkap dengan tali di dagu.
  2. Menggunakan sepatu safety yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
  3. Menggumakan Full body harnest saat bekerja diketinggian yaitu berupa tali yang diikatkan ketubuh dan digantungkan ke tali pengaman life line.
  4. Menggunakan alat pelindung lainya sesuai dengan jenis pekerjaan seperti: sarung tangan, earplug, kacamata, kedok las, masker, dan lain-lain.
  5. Tidak merokok saat bekerja, jika terpaksa merokok maka merokoklah di tempat yang telah disediakan (silter rokok).
  6. Tidak mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang, berjudi, dan tidak membuat onar dilingkungan proyek.
  7. Menjaga fasilitas K3 yang ada di proyek seperti rambu-rambu, alat pengaman kerja dan lain-lain.
  8. Tidak buang air kecil dan air besar disembarang tempat.
  9. Menjaga kebersihan lingkungan kerja, merapikan tempat kerja dan alat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan.
  10. Jika menggunakan alat listrik, harus lengkap dengan stekker dan kabel harus diletakan / digantung diatas.
  11. Memiliki dan memakai tanda pengenal (ID Card) dari proyek.
  12. Mengikuti acara pengarahan K3 secara rutin.
  13. Mandor atau kontraktor wajib menyediakan alat pelindung diri (APD) dan alat pengaman kerja (APK) sesuai yang dibutuhkan.
  14. Mematuhi dan melaksanakan tata tertib K3 yang ada di proyek.
  15. Bersedia menerima sanksi, bila melanggar ketentuan yang berlaku di proyek.



Peraturan tersebut harus dibaca dan ditandatangi oleh setiap pekerja yang akan mulai bekerja di lingkungan proyek, dibaca dan ditandatangi juga oleh mandor atau kontraktornya, memang kelihatanya peraturan tersebut merepotkan saat bekerja, namun hal itu demi kebaikan sang pekerja itu sendiri, bukankah akan lebih merepotkan lagi jika mengalami kecelakaan kerja di proyek?